Rabu, 30 April 2014

Xiangshan: Mengenang Kesan Pertama tentang Taiwan melalui Sudut Pandang yang Berbeda

Salah satu pertanyaan yang paling sering saya ajukan kepada sesama rekan warga negara asing di Taiwan adalah, “Bagaimana pendapatmu tentang Taiwan?” Beberapa dari mereka sudah tinggal di Taiwan dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat menjelaskan beragam hal tentang Taiwan yang memberikan kesan tersendiri bagi mereka. Namun, satu jawaban yang memberikan kesan paling mendalam bagi saya datang dari rekan pelajar yang baru saya kenal sekitar 4 bulan yang lalu. Dia sudah menetap di Taiwan selama lebih dari 3 tahun, namun seperti halnya para warga pendatang maupun wisatawan yang belum lama menginjakkan kaki di pulau ini, dia masih menyebutkan Taipei 101 sebagai ikon Taiwan yang memberikan kesan mendalam dan memicu terjalinnya hubungan jangka panjang antara dia dan pulau Formosa ini. Taipei 101, gedung pencakar langit tertinggi kedua di dunia, pernah menjadi gedung pencakar langit tertinggi di dunia dari tahun 2004 hingga 2010 sebelum akhirnya dikalahkan oleh Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab. Gedung ini terletak di pusat kota Taipei dan merupakan representasi nyata dari modernitas sebuah kota metropolitan yang sibuk, namun lingkungan sekitarnya, seperti halnya sebagian besar kota-kota besar di Taiwan, menawarkan ritme kehidupan yang jauh lebih santai dibandingkan dengan kota metropolitan Asia lainnya. Kawan saya pun jatuh cinta dengan Taiwan pada pandangan pertama.

            
Meskipun demikian, tidak banyak orang menyadari bahwa di pusat kota metropolitan ini, dibalik gedung pencakar langit tertinggi kedua di dunia, sebenarnya terdapat sebuah tempat bernama Xiangshan dimana kita dapat mengenang kesan pertama tentang Taiwan melalui sudut pandang yang berbeda. Kali ini kita tidak akan menengadah ke atas untuk melihat kemegahan sebuah gedung pencakar langit, melainkan melihat ke bawah untuk menikmati pemandangan malam dari Taipei 101 dari ketinggian gunung.

Pemandangan Siang Hari Taipei 101 dari Xiangshan
Pemandangan Malam Hari Taipei 101 dari Xiangshan
Menuju ke Xiangshan semudah menaiki MRT jalur merah (Beitou-Xiangshan) sampai ke stasiun Xiangshan. Di luar stasiun MRT Xiangshan kita akan melihat taman Zhongqiang. Mengikuti rambu petunjuk arah menuju Xiangshan dan berjalan selama kurang lebih 10 menit melalui jalan setapak di taman akan membawa kita langsung ke jalur pendakian Xiangshan. Jalur pendakian Xiangshan terdiri dari anak tangga, jalan batu, dan udara yang bersih sehingga sangat sesuai untuk aktivitas pendakian seluruh keluarga. Waktu yang tepat untuk memulai pendakian adalah pada sore hari. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk mendaki sampai puncak jalur pendakian Xiangshan dan mencari tempat terbaik untuk menikmati pemandangan malam menakjubkan dari Taipei 101.

Jalan setapak taman Zhongqiang
Jalur pendakian Xiangshan
Mendaki menuju puncak Jiuwu untuk petualangan yang lebih menantang

Bagi mereka yang menginginkan petualangan yang lebih menantang, mereka dapat melanjutkan pendakian menuju puncak Jiuwu dengan melewati jalur yang lebih curam. Meskipun pendakian menuju puncak Jiuwu ini bisa dipastikan membutuhkan usaha dan tenaga yang lebih besar, namun jerih payah kita akan terbayar bukan hanya dengan pemandangan malam yang lebih spektakuler, namun juga suasana yang lebih tenang dimana kita bahkan mungkin memiliki cukup keberuntungan sehingga dapat menyaksikan beberapa orang melakukan meditasi di tempat ini. Berbagi pemandangan alam yang romantis bersama pasangan tercinta atau menikmati saat penuh ketenangan dan melakukan meditasi untuk menjernihkan pikiran, pilihannya ada di tangan kita!



Senin, 28 April 2014

Mazu Procession: Film Dokumenter Wajib Tonton Taiwan 2014

Produser/Sutradara/Aktor
Richie Ren

Sinopsis
Mazu merupakan sebuah aliran kepercayaan masyarakat yang paling unik dan utama di Taiwan. Setiap tahun pada musim semi, kuil Zhenlan di Dajia, Taichung, menyelenggarakan parade religius terbesar di Taiwan berupa prosesi Mazu selama 9 hari 8 malam dengan melintasi 4 daerah, Taichung, Changhua, Yunlin, dan Chiayi. Dengan jarak tempuh perjalanan lebih dari 340 km untuk mengunjungi lebih dari 100 kuil, prosesi ini menarik minat jutaan penganut kepercayaan dari Taiwan maupun luar negeri untuk berpartisipasi. Prosesi Mazu, setelah dengan ibadah Haji umat muslim dan upacara mandi di sungai Gangga India, merupakan tiga peristiwa agama terbesar ketiga di dunia yang juga merupakan kebudayaan yang dibanggakan di Taiwan.


 (diterjemahkan dari www.facebook.com/MazuProcession


Sebagai warga negara asing, menonton film dokumenter ini merupakan sebuah pengalaman baru yang membuka mata saya. Terdapat sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa pemandangan yang paling indah di Taiwan terletak di dalam kebaikan hati dari masyarakat Taiwan, dan film ini mampu membuktikan bahwa ungkapan tersebut bukan sekedar omong kosong belaka. Richie Ren melakukan perjalanan lintas wilayah agar dapat berpartisipasi sepenuhnya dan menggunakan pendekatan yang lebih informal dalam memperkenalkan prosesi Mazu. Oleh karena itu, bukan hanya dia mampu menjelaskan tentang prosesi Mazu secara menyeluruh, namun dia juga dapat merasakan secara langsung apa yang dirasakan oleh para peserta prosesi, sehingga penonton pun dapat ikut merasakan sentuhan kemanusiaan yang sangat kental di Taiwan. Di setiap daerah dimana tandu suci Mazu melintas, senantiasa terdapat para penduduk setempat yang secara suka rela menyediakan berbagai layanan yang dibutuhkan oleh para peserta. Mereka menyediakan makanan, minuman, layanan pijat, kamar mandi, dan bahkan jasa pengiriman barang untuk mengirimkan kembali barang yang sudah tidak dibutuhkan ke rumah. Saya tidak hentinya berpikir, pada saat penyelenggaraan acara dengan skala sebesar ini, apabila para penduduk setempat tersebut bersedia, mereka mungkin dapat memperoleh sejumlah keuntungan dalam waktu yang terhitung singkat. Namun, mereka memilih untuk mengesampingkan kepentingan pribadi dan menyediakan seluruh layanan secara gratis sehingga para peserta dapat dengan tenang mengikuti keseluruhan prosesi selama 9 hari 8 malam bahkan apabila tanpa membawa uang. Oleh karena itu, pernyataan bahwa pemandangan yang paling indah di Taiwan terletak di dalam kebaikan hati masyarakatnya sama sekali bukan ungkapan yang berlebihan.
            
Sebagai seorang penggemar Richie Ren selama 12 tahun, film dokumenter ini merupakan hasil karyanya yang meninggalkan kesan paling mendalam bagi saya. Film ini membuat saya menyadari bahwa meskipun setelah bertahun-tahun mengembangkan karir di Hongkong dan Cina, Richie Ren masih memiliki sekeping hati yang mencintai Taiwan. Hati ini lah yang memberikan motivasi padanya untuk menciptakan karya istimewa sebagai cara untuk menunjukkan kecintaannya terhadap tanah kelahiran. Sejak saat pertama kali terpikat oleh suaranya yang khas, mengagumi kegigihannya dalam mengejar mimpi karir di bidang musik, terinspirasi oleh semangat pantang menyerah dalam perjuangan panjangnya selama 7 tahun, hingga pada akhirnya merasa bangga akan keberhasilannya meraih gelar Raja Langit Asia, saya tak lain hanyalah seorang penggemar yang tak hentinya mendukung dari jauh. Saya tidak memiliki keberuntungan sebagaimana halnya kawan-kawan di Taiwan ataupun Hongkong dan hanya bisa diam-diam mengikuti proses perkembangan karirnya selama 24 tahun. Sekarang pada saat saya memiliki kesempatan untuk melihat lebih dekat dan juga menyadari bahwa sekali lagi karirnya telah mengalami satu tahap peningkatan, saya tidak tahu harus bagaimana menjelaskan kegembiraan yang tersimpan di hati. Memulai perjalanan karir sebagai penyanyi yang tidak dikenal yang berjuang murni demi mimpi untuk menemukan dunia milik sendiri, hingga menjadi seorang produser dan sutradara yang memberikan usaha luar biasa demi tujuan membuat dunia lebih mengenal tanah kelahirannya, merupakan salah satu pencapaian yang besar darinya. Apabila saya memiliki kesempatan untuk berbicara sepatah kata kepadanya, saya akan katakan, “Selama ini saya selalu mengagumi kebaikan hatimu, sekarang saya bahkan lebih mengagumi hatimu yang mencintai Taiwan.”
            
Terima kasih Richie atas segala usaha yang telah diberikan untuk mempersembahkan karya film dokumenter yang menyentuh ini. Saya akan senantiasa menantikan karya-karya hebatmu selanjutnya.

Senin, 21 April 2014

Fulong : Kawasan Wisata Pesisir yang Tenang

Fulong, kawasan hilir sungai Shuang di Distrik Gongliao, merupakan sebuah kawasan wisata pesisir yang lengkap di New Taipei City. Satu hari tur sepeda sepanjang pesisir tidak diragukan lagi akan menyegarkan pikiran dan merupakan sebuah pelarian yang sempurna dari rutinitas sehari-hari yang penuh tekanan. Cara terbaik untuk mencapai Fulong dari Taipei adalah melalui perjalanan kereta selama 90 menit dari Taipei Main Station ke stasiun Fulong. Terdapat beberapa alternatif tipe kereta, di antaranya kereta lokal dan kereta Juguang, dengan harga tiket hanya berkisar 100 NTD untuk satu kali perjalanan. Keseluruhan kawasan wisata Fulong hanya berjarak 5 menit perjalanan kaki dari stasiun Fulong.           
            
Di luar stasiun Fulong, dapat ditemukan beraneka kedai makanan yang menjual menu kuliner khas Fulong, yaitu nasi kotak Fulong. Membutuhkan sesuatu yang lezat dan memberikan kehangatan di tengah-tengah cuaca yang dingin dan berangin? Maka satu menu yang wajib dicoba adalah sup cumi lezat yang dapat disajikan dengan nasi atau mi sesuai dengan selera. Selepas menyantap aneka hidangan istimewa, tiba saatnya bagi kita untuk mencari sepeda untuk tur pesisir. Sewa sepeda untuk satu hari hanya dengan harga 100 NTD dari deretan toko persewaan sepeda, masih di luar stasiun Fulong.  

            
Terdapat beberapa jalur sepeda yang berbeda sepanjang pesisir Fulong. Jalur dengan pemandangan yang paling memukau adalah Caoling Historic Trail yang terletak di arah selatan dari stasiun Fulong. Karena jalur ini menuju ke terowongan sepanjang 300 meter yang akan gelap saat sore tiba (tutup pada pukul 5.30 sore di musim panas dan 5.00 sore di musim lainnya), maka sangat dianjurkan untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat tujuan yang pertama. Sepanjang Caoling Historic Trail, hampir tidak ada satu titik pun yang terlewatkan tanpa keindahan alam yang memukau.  

Caoling Historic Trail
Terowongan Caoling
Jalur sepeda lain yang tidak boleh dilewatkan adalah Coastal Bicycle Trail, terletak di arah utara dari stasiun Fulong, dimana kita bisa mengunjungi Longmen Camping Resort, Yanliao Seashore Park, pantai Fulong, dan kuil Linjiushan yang berada di sepanjang jalur. Ikuti jalur menuju ke utara, kita akan tiba di Longmen Camping Resort seraya menikmati kecantikan sungai Shuang baik dari atas jalur sepeda maupun dari Longmen Suspension Bridge. Setibanya di Yanliao Seashore Park yang terletak di ujung jalur sepeda, berbalik arah dan coba pengalaman bersepeda yang berbeda dengan melalui jalur hutan atau jalur pantai hingga akhirnya tiba di pantai yang paling populer di utara Taiwan, yaitu pantai Fulong. Apabila kita melanjutkan perjalanan mengikuti jalur sepeda hingga melewati kawasan pantai Fulong, kita akan tiba di kuil Linjiushan yang terletak di ujung lain jalur sepeda.  

Fulong Camping Resort
Sungai Shuang
Longmen Suspension Bridge
Kawasan pantai Fulong terbentang sepanjang 3 kilometer dengan air jernih yang sangat cocok untuk berjemur, berenang, berlayar, selancar angin, dan selancar. Pasirnya berwarna keemasan dan sangat sesuai untuk dipergunakan dalam seni patung pasir. Kunjungi pantai di musim panas apabila Anda tidak ingin melewatkan Fulong International Sand Sculpture Festival. Di sisi lain, berkunjunglah di luar musim liburan dan pantai Fulong akan menawarkan ketenangan yang bahkan memungkinkan kita untuk menenangkan pikiran melalui meditasi.

Pantai Fulong
Meditasi di pantai Fulong

Minggu, 20 April 2014

Wulai: Keindahan Pedesaan di Taipei

Wulai, terletak di salah satu sudut wilayah Taipei, adalah sebuah daerah pedesaan yang kaya akan sumber pemandian air panas dan pemandangan alam yang memukau, dibalut dengan atmosfer budaya aborigin yang kental. Kawasan yang cantik ini dapat dijangkau dengan mudah dari Taipei dengan Mass Rapid Transit (MRT) dan bis kota. Cukup dengan naik MRT jalur merah (Tamsui-Xindian), turun di stasiun MRT Xindian, kemudian naik bis 849 sampai pemberhentian terakhir, Wulai. Halte bus dapat ditemukan di belakang konter informasi stasiun MRT Xindian.

Perjalanan dari stasiun MRT Xindian ke Wulai ditempuh melalui jalan yang berbukit-bukit dengan dominasi warna hijau yang menyejukkan mata di sisi kiri dan sungai Nanshi di sisi kanan. Keindahannya membuat perjalanan panjang selama 40 menit berubah menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Menjejakkan langkah kaki pertama di Wulai, kita akan disambut dengan panorama sungai Nanshi yang jernih di bawah jembatan merah. Perjalanan kaki selama 5 menit berikutnya akan mengantar kita ke Wulai Old Street , dimana kita dapat mencicip kelezatan cita rasa setempat seperti nasi bambu, telur mata air panas, jagung mata air panas, ubi lapis madu, dan tentunya membeli aneka rasa kue moci sebagai oleh-oleh. Berbagai kuliner lokal tersebut unik dalam proses pembuatan dan kaya akan rasa sehingga tidak boleh dilewatkan begitu saja. 

Air sejernih kristal dari sungai Nanshi
Melanjutkan perjalanan dengan perut kenyang, kita dapat memilih untuk langsung naik Wulai Log Cart  atau berjalan kaki selama 30 menit melalui Lovers’ Trail untuk mencapai air terjun. Dalam perjalanan sepanjang Lovers’ Trail, kita juga dapat beristirahat sejenak di tepi sungai untuk menikmati kesegaran air sejernih kristal membasuh kaki kita yang lelah. Berbagai sumber pemandian air panas juga dapat ditemukan sepanjang perjalanan. Pilihan lain untuk mencapai air terjun adalah dengan membayar 50 NTD untuk satu kali perjalanan Wulai Log Cart yang akan membawa kita untuk merasakan kenangan klasik perjalanan di masa lalu. Menikmati perjalanan di masa kini dengan alat transportasi klasik merupakan sesuatu yang layak untuk dicoba. Akan lebih baik apabila kita terlebih dahulu berjalan kaki melalui Lovers’ Trail untuk menuju air terjun selagi energi masih utuh dan naik Wulai Log Cart dalam perjalanan pulang. Namun, sama sekali tidak masalah apabila kita ingin melakukan yang sebaliknya.

Wulai Log Cart
Petualangan selanjutnya setelah mencapai dan menikmati keindahan air terjun adalah perjalanan naik gondola menuju Yunxian Amusement Park. Dengan tiket pulang-pergi seharga 220 NTD (150 NTD untuk pelajar), kita dapat menikmati perjalanan menyeberangi sungai Nanshi menuju ke bukit seberang dimana Yunxian Amusement Park berada. Mendaki sepanjang jalan setapak di taman, kita dapat melihat berbagai atribut budaya aborigin dipasang. Di tengah taman, terdapat sebuah danau kecil yang cantik dimana kita dapat menguji keberuntungan kita dengan perahu dayung. Menghirup udara segar, menikmati keindahan taman, dan mendengarkan suara aliran air yang menenangkan sembari mendayung mengelilingi danau merupakan sebuah momen yang layak untuk dikenang. Kita juga dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi dengan wisatawan lain pada saat perahu dayung kita perlahan-lahan menabrak satu sama lain. Cukup siapkan senyum yang paling manis dan katakan, “Maaf, sebenarnya saya tidak bisa mendayung perahu,” dan berbagi tawa bersama untuk melengkapi perjalanan penuh kenangan di Wulai.



Petualangan Perahu Dayung